Tak ada yang pernah benar-benar siap jatuh cinta, apalagi jika cinta itu datang dari pertemuan yang tidak disengaja. Begitulah awal kisah kami. Debby bertemu dengan Hilmi bukan dalam rencana, bukan juga dalam harapan. Tapi justru dari momen biasa itulah, sesuatu yang luar biasa mulai tumbuh.
Kami berbeda dalam banyak hal. Ia, Hilmi, seseorang yang matang, tenang, dan penuh kebijaksanaan. Aku, lebih muda, penuh semangat dan cerita. Perbedaan usia kami cukup jauh, dan jujur, itu sempat menjadi keraguan di awal. Tapi perlahan, kami belajar bahwa kedewasaan bukan soal angka, tapi tentang bagaimana saling memahami dan melengkapi.
Seolah belum cukup, semesta menambahkan satu tantangan lagi: jarak dua negara, dua waktu, dua kehidupan yang harus disatukan oleh komitmen dan keyakinan. Tapi justru dari situ kami tumbuh—dalam kepercayaan, dalam kesabaran, dalam cinta yang tidak butuh pertemuan setiap hari untuk merasa dekat.